• info@klinikcipanas.com
  • 085315181800

Sehat, Nikmat Mahal Yang Sering Dilupakan

Nikmat kesehatan adalah nikmat yang besar setelah nikmat diberikan hidayah untuk berislam dan mengenal Agama. Ibnu Qayyim at-Jauziyah rahimahullah berkata, “Allah (adalah) Dzat yang dimintai dan diharapkan untuk mengabulkan doa, yang telah memberikan nikmat Islam, nikmat memahami agama, dan nikmat al-afiyah (kesehatan). Kebahagiaan, kenikmatan, serta keberuntungan dunia dan akhirat dibangun di atas tiga landasan ini. Seorang hamba hanya akan mendapatkan nikmat Allah secara sempurna ketika tiga nikmat tersebut terkumpul pada dirinya secara sempurna karena nikmat Allah pada dirinya itu sebanding dengan kadar ketiga jenis nikmat tersebut yang dia miliki.”
Namun nikmat kesehatan ini banyak dilupakan oleh mayoritas manusia , tetapi juga telah berhasil memperdaya kebanyakan manusia. Justru, mereka terbuai dengan nikmat yang telah Allah SWT berikan sehingga mereka makin memperbanyak dosa, kemaksiatan, dan perbuatan sia-sia lainnya. Mereka menghabiskan masa-masa sehat untuk berhura-hura, berpesta, menghamburkan uang, dan sedikit di antara mereka yang menggunakan masa sehat untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri mereka, terutama untuk kehidupan mereka di akhirat kelak.
Memang demikianlah kebanyakan manusia. Kebanyakan manusia tenggelam dalam lautan materi dan nikmat kesehatan hingga lupa bahwa pada awalnya mereka adalah setetes mani yang kotor dan pada akhirnya nanti mereka adalah bangkai yang amat busuk.
Tidaklah seseorang merasakan arti penting hikmat kesehatan, kecuali setelah jatuh sakit sebagaimana ungkapan, “Kesehatan bagaikan mahkota di kepala orang sehat dan tidak ada yang bisa melihatnya, kecuali orang sakit.” Ketika sakit, seseorang terkadang menjadi ingat dan sadar tentang hakikat penciptaan dirinya sehingga justru tidak sedikit di antara manusia yang mendapatkan hidayah setelah jatuh sakit.
Oleh karena itu, Rasulullah saw. memberi nasihat kepada Abbas bin Abdul Muthalib r.a. agar memperbanyak doa untuk meminta kesehatan. Rasulullah saw. bersabda,
“Wahai Pamanku, perbanyaklah doa meminta keafiatan.” (HR ath-Thabrani)
‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah doa kepadaku yang dapat aku gunakan untuk meminta kepada Allah. Rasulullah berkata, ‘Wahai Abbas, mintalah keafiatan kepada Allah. Kemudian, aku (Abbas r.a.) terdiam sejenak dan mendatangi beliau lagi. Aku berkata, ajarkanlah doa kepadaku yang dapat aku gunakan untuk meminta kepada Allah, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, ‘Wahai Abbas, wahai Paman Rasulullah, mintalah keafiatan kepada Allah di dunia dan di akhirat.” (HR al-Bukhari)
Maksud keafiatan dalam hadits ini meliputi keselamatan dari penyakit lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw. “Doa apakah yang paling utama?” Rasulullah saw. menjawab :
“Mintalah ampunan dan keafiatan kepada Allah di dunia dan di akhirat. Jika kamu diberi keafiatan di dunia dan di akhirat, sungguh kamu telah beruntung. (HR al-Bukhari)
Ungkapan ini adalah intisari dari seluruh doa karena doa ini mengandung permintaan keselamatan dari fitnah, penyakit, musibah dan lain-lain di dunia. Dalam ungkapan ini, terkandung pula permintaan keselamatan dari adzab setelah kematian, seperti adzab kubur dan adzab di neraka, serta kondisi di antara keduanya berupa perkara-perkara yang menakutkan dan penghitungan (hisab) sulit.
Ketika kita mendapatkan nikmat kesehatan ini, kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah bersyukur kepada-Nya sebagaimana firman Allah SWT :
ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku pun ingat kepadamu Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (al-Baqarah: 152)  
Salah satu bentuk syukur kita atas nikmat kesehatan adalah memanfaatkan masa sehat kita untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan kita di akhirat kelak. Rasulullah saw. pernah menasihati seorang sahabat dengan bersabda:
Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain, yaitu masa muda mu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakit mu, kaya mu sebelum miskin mu, masa luang mu sebelum masa sempit mu, dan hidupmu sebelum mati mu.” (HR al-Hakim)
Mari, kita meneliti sejenak kondisi diri kita. Seberapa sering kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat mata, telinga, jantung, paru-paru, dan anggota tubuh lainnya? Mungkin, sedikit sekali di antara kita yang bersyukur atas berbagai nikmat tersebut karena memang Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya.
“Dan, sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”(Saba’:13) 
Mari, kita merenungkan beberapa hal. Berapa banyak orang yang sehat dan bugar, tetapi menjumpai kematian secara tiba-tiba tanpa menderita sakit sedikit pun terlebih dahulu? Sebaliknya, berapa banyak orang yang sakit parah, tetapi tetap mampu bertahan hidup hingga sekian lama? Renungkan lah sungguh kematian itu sangat dekat dengan diri kita.
Sumber :
Buku Thibbun Nabawi karya dr. Saifudin Hakim, M.Sc., PhD.

Leave a comment