News Details
- adminlk
- 0 Comments
Sampah Makanan: Masalah Sehari-hari yang Bisa Jadi Manfaat
Tahukah kamu kalau sebagian besar sampah di rumah sebenarnya berasal dari makanan? Ya, mulai dari nasi sisa, sayur layu di kulkas, sampai buah yang lupa dimakan, semuanya bisa jadi tumpukan sampah yang diam-diam berdampak besar buat bumi dan kesehatan kita.
Apa Itu Sampah Makanan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah adalah barang yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Sampah bisa berupa organik (seperti sisa makanan, buah, dan sayur), atau anorganik (seperti plastik, kaleng, dan kertas).
Tapi ada satu jenis sampah yang sering kita sepelekan: food waste, alias sampah makanan. Food waste bukan cuma nasi sisa atau lauk basi, tapi juga makanan yang sebenarnya masih layak makan tapi dibuang karena porsinya yang terlalu banyak, rasanya yang kurang cocok, atau lupa dimakan sampai kadaluwarsa.
Dampak Buruk dari Sampah Makanan
Mungkin kita berpikir, “Ah, cuma sisa makanan kok.” Padahal, saat dibiarkan membusuk di tempat sampah, sisa makanan tersebut dapat menghasilkan gas metana, yaitu salah satu gas rumah kaca yang jauh lebih berbahaya dari karbon dioksida dalam memicu pemanasan global. Dalam kata lain, setiap kali kita membuang makanan, sebenarnya kita juga ikut “menyumbang” pada perubahan iklim.
Bukan cuma itu, food waste juga dapat menyebabkan:
- Pemborosan sumber daya, karena dibutuhkan banyak sumber daya seperti air, energi, dan tenaga dalam jumlah besar untuk menanam, memanen, dan mengirim makanan itu.
- Penurunan keanekaragaman hayati, karena lahan dan air yang dipakai untuk menghasilkan makanan yang akhirnya tidak dimakan.
- Krisis pangan, ironisnya, banyak orang kelaparan di dunia padahal makanan yang ada sebenarnya cukup, tapi terbuang sia-sia.
Namun, yang sering terlupakan, sebenarnya sampah makanan juga bisa jadi masalah kesehatan. Saat membusuk, sisa makanan bisa jadi sarang bakteri, jamur, bahkan virus yang berisiko menyebabkan penyakit, terutama bagi warga yang tinggal dekat tempat pembuangan sampah.
Lalu Bagaimana Kita Dapat mengelola Sampah Sisa Makanan Tersebut?
Ternyata ada lho cara sederhana dan keren untuk mulai mengurangi sampah makanan yaitu dengan merubah sampah sisa makanan menjadi Eco Enzyme! Eco Enzyme sendiri adalah cairan serbaguna yang dihasilkan dari fermentasi sisa buah dan sayur bersama gula dan air. Proses ini mirip seperti pembuatan tape, bedanya, hasilnya bukan untuk dimakan, tetapi untuk digunakan sebagai pembersih, insektisida, maupun pupuk organik.
Cara Mudah Membuat Eco Enzyme di Rumah
Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain:
- Sisa buah, kulit buah, dan sayur (yang belum dimasak)
- Gula merah, gula aren, atau molase
- Air (boleh air hujan, air keran, atau air galon bekas)
- Wadah plastik tertutup rapat
Langkah-langkah pembuatannya:
- 1. Campur air, gula, dan potongan sisa buah/sayur dalam wadah tertutup.
- 2. Jangan isi air terlalu penuh untuk memberikan ruang udara untuk fermentasi.
- 3. Simpan di tempat teduh dan buka tutupnya sesekali agar gasnya keluar.
- 4. Setelah 3 bulan, saring cairannya dan inilah yang disebut Eco Enzyme!
- 5. Sisa ampasnya juga bisa dikeringkan dan dijadikan pupuk.
Hasil fermentasi yang baik warnanya coklat tua dan beraroma segar. Jika, warnanya berubah jadi hitam, tinggal tambahkan sedikit gula merah dan biarkan fermentasi berjalan lagi.
Dengan memanfaatkan sampah makanan jadi sesuatu yang berguna, kita tidak cuma membantu bumi, tapi juga mengurangi bau dan serangga di rumah, menghemat biaya pembersih rumah, menjaga lingkungan tetap sehat, bahkan bisa meningkatkan kesehatan, karena udara dan air jadi lebih bersih.
Jadi, mengelola sampah makanan bukan hal rumit kan?
Mari memulai dari hal kecil seperti ambil porsi secukupnya saat makan, simpan makanan dengan benar, dan manfaatkan sisa bahan dapur jadi Eco Enzyme. Dengan langkah kecil itu, kamu sudah ikut menjaga bumi dan kesehatanmu sendiri. 💚
Referensi:
- 1. Sekar Mutiara Rachmi Putri Setyawan. (2023). SOSIALISASI DAN KEPELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI ECO ENZYME DI GUWOSARI TRAINING CENTER, PAJANGAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Jurnal Abdimas Indonesia, 3(2), 140-150. https://doi.org/10.53769/jai.v3i2.452 - 2. Fadlurrohman, F. (2023, June 27). The majority of waste in Indonesia is food waste. Kompas.id. https://www.kompas.id/baca/english/2023/06/27/en-mayoritas-sampah-di-indonesia-adalah-sampah-makanan
- 3. Krisnawati, R. (2023, October 9). Pengertian Eco Enzyme, Manfaat, dan Cara Membuatnya. detikcom. Retrieved June 16, 2024, from https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6972710/pengertian-eco-enzyme-manfaat-dan-cara-membuatnya
- 4. Lybaws, L., Baliwati, Y. F., & Tanziha, I. (2024). Hubungan Food Waste dan Food Coping Strategies terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berisiko Stunting. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135626
- 5. Sholihah, D. D., & Trisnaningtyas, J. P. N. (2023). PEMANFAATAN ECO-ENZYME UNTUK MENCAPAI ZERO FOOD WASTE DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DI KAMPUNG HIDROPONIK SURABAYA. Jurnal Pengabdian Masyarakat (JPM) SENSASI, 3(2), 66-73.
Leave a comment